b2

22 Orang Tewas dalam Aksi Unjuk Rasa Gen Z di Nepal

By Wildan Alwi Hafiz September 10, 2025
sumber: Anadolu/AFP/Getty Images

Pilihan-Rakyat.com, Nepal – Aksi unjuk rasa besar-besaran yang melibatkan ribuan anak muda di Nepal berujung pada bentrokan. Sedikitnya 22 orang dan ratusan lainnya mengalami luka serius dalam aksi yang terjadi beberapa hari terakhir.

Menurut laporan The Guardian (8/9), sebagian besar korban meninggal akibat luka tembak di kepala dan dada. Sebanyak 17 orang tewas di ibu kota Kathmandu, sementara dua lainnya di kota Itahari, Nepal bagian timur, dan tiga orang tewas pada aksi hari Selasa (9/9) kemarin. Lebih dari 200 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat tembakan, gas air mata, hingga peluru karet yang ditembakkan aparat.

Gelombang protes ini dipicu oleh kebijakan pemerintah yang memblokir 26 platform media sosial—termasuk Instagram, Facebook, Youtube, dan X. Meskipun sebagian besar aplikasi diblokir, TikTok tetap aktif dan justru menjadi sarana utama bagi demonstran untuk memobilisasi massa.

Menurut Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli, aturan tersebut untuk menekan penyebaran ujaran kebencian, berita palsu, dan penipuan daring. Namun, kebijakan ini justru memicu kemarahan publik.

“Pelarangan media sosial ini adalah serangan terhadap kebebasan berekspresi dan akses informasi rakyat. Ini preseden berbahaya bagi demokrasi,” kata Committee to Protect Journalists (CPJ) dalam pernyataannya, dikutip dari The Guardian.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ikut angkat suara dengan mengecam tindakan represif aparat keamanan. Badan HAM PBB mendesak pemerintah Nepal segera melakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut.

“Kami sangat terkejut atas kematian dan luka yang diderita para demonstran, dan kami mendesak penyelidikan cepat serta transparan,” ujar juru bicara kantor HAM PBB, Ravina Shamdasani dilansir dari The Guardian.

Gelombang demonstrasi yang didominasi oleh Generasi Z ini dinilai sebagai salah satu aksi protes terbesar di Nepal dalam beberapa tahun terakhir, sekaligus menyoroti meningkatnya ketegangan antara pemerintah dan masyarakat sipil di era digital.

sumber: The Guardian

Berita Terkait