Jakarta, Pilihan-Rakyat.com – Car Free Day (CFD) di ibu kota, Minggu pagi (24/8/2025), bukan hanya menjadi ruang olahraga dan rekreasi warga. Kali ini, gabungan mahasiswa dari berbagai kampus, dan ISMKMI Jakarta Raya memanfaatkan momentum untuk menyuarakan kegelisahan bersama: menolak dengan tegas penyelenggaraan World Vape Fair yang direncanakan berlangsung di Jakarta Convention Centre, akhir Agustus mendatang.
Di bawah spanduk Generasi Sehat Tanpa Rokok, mereka bergerak beriringan, membentangkan poster peringatan bahaya rokok elektronik dan mengajak masyarakat membuka mata terhadap gelombang promosi yang kian agresif menyasar generasi muda. “Ini bukan sekadar soal vape. Ini soal arah bangsa: apakah kita membiarkan anak-anak muda kita dijadikan pasar adiksi, atau kita berdiri melindungi mereka?” tegas Aini selaku Koordinator Daerah ISMKMI Jakarta Raya
Industri Vape, Pintu Masuk Adiksi Baru
Data survei kesehatan global menunjukkan lonjakan tajam pengguna rokok elektronik di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir: dari 0,3 persen pada 2011 menjadi 3 persen pada 2021. Lonjakan sepuluh kali lipat ini terjadi seiring dengan maraknya promosi industri melalui media sosial, platform digital, dan acara pameran berskala besar.
Para mahasiswa menilai pameran ini bukanlah ajang informasi semata, melainkan strategi sistematis untuk menormalkan produk adiktif melalui citra modern dan gaya hidup. “Setelah Jakarta, Surabaya sudah dijadwalkan jadi tuan rumah World Tobacco Asia. Ini bukan peristiwa kebetulan, tapi bagian dari peta jalan industri adiktif di Indonesia,” ujar Aini.
Desakan Regulasi dan Keberanian Politik
Aksi penolakan ini tidak berhenti di jalanan. Sebelum turun ke CFD, mahasiswa telah menggalang petisi, meluncurkan kampanye daring, hingga melibatkan institusi kesehatan masyarakat dari berbagai daerah untuk mendesak pembatalan acara. Mereka juga menyoroti lambannya pengesahan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di DKI Jakarta, yang hingga kini belum kunjung diberlakukan.
“Pemerintah tak bisa hanya menjadi penonton. Jika regulasi terus ditunda, industri akan selalu menemukan celah. Kami menuntut keberanian politik: hentikan acara ini, lindungi generasi kami,” Aini menegaskan.
Lebih dari Sekadar Penolakan, Ini Gerakan Perlawanan
Bagi para mahasiswa, aksi ini bukan sekadar protes sesaat, tetapi langkah awal dari gerakan jangka panjang untuk membendung arus industri adiktif. Mereka sadar, melawan industri rokok elektronik berarti melawan kekuatan besar dengan sumber daya promosi masif. Namun, melalui solidaritas dan dukungan publik, mereka berharap perlawanan ini menjadi titik balik kesadaran bangsa.
“Kami tidak ingin hanya menjadi angka dalam statistik kecanduan. Kami ingin generasi kami tumbuh sehat, berpikir jernih, dan tidak dijadikan komoditas,” tutup Aini
