
Pilihan-Rakyat.com, Jakarta – Dili, ibu kota Timor Leste, pada Senin (15/9) berubah menjadi arena ketegangan setelah ratusan mahasiswa turun ke jalan memprotes keputusan parlemen yang dianggap tidak sensitif terhadap kondisi masyarakat. Demonstrasi yang awalnya berlangsung damai berujung ricuh ketika massa aksi terlibat bentrok dengan aparat kepolisian yang berusaha membubarkan kerumunan.
Aksi ini dipicu oleh rencana pengadaan kendaraan baru untuk anggota parlemen. Para mahasiswa menilai kebijakan tersebut tidak sejalan dengan situasi ekonomi negara yang masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan lapangan kerja, akses pendidikan, serta pelayanan publik yang belum merata. Bagi mereka, alokasi anggaran untuk kebutuhan pejabat justru mencerminkan adanya jarak antara penguasa dan rakyat.
Sejumlah saksi mata mengatakan, mahasiswa berkumpul di beberapa titik penting di pusat kota sebelum bergerak ke arah kompleks parlemen nasional. Mereka membawa spanduk, poster, dan meneriakkan yel-yel menuntut transparansi penggunaan anggaran negara. Situasi memanas ketika aparat kepolisian mencoba menghalau massa yang terus memaksa mendekat ke area gedung dewan. Dorong-dorongan pun tak terhindarkan, diikuti dengan pelemparan botol plastik dan batu oleh sebagian demonstran.
Polisi merespons dengan melepaskan gas air mata untuk membubarkan kerumunan. Sejumlah mahasiswa dilaporkan mengalami luka ringan akibat benturan maupun terpapar gas. Pihak kepolisian menyatakan tindakan itu dilakukan demi menjaga ketertiban dan mencegah kerusakan fasilitas umum. Namun di sisi lain, kelompok mahasiswa menilai aparat bertindak berlebihan dan tidak memberi ruang bagi aspirasi yang sah.
Organisasi mahasiswa yang menjadi motor aksi menegaskan bahwa protes mereka bukan sekadar soal kendaraan baru, melainkan juga simbol perlawanan terhadap pola kebijakan yang dianggap mengabaikan rakyat kecil. “Kami ingin pemerintah mendengar suara generasi muda. Kami ingin pembangunan yang nyata, bukan hanya fasilitas untuk pejabat,” ujar salah satu koordinator aksi.
Hingga malam, situasi di Dili dilaporkan sudah mulai kondusif meski ketegangan masih terasa. Pemerintah Timor Leste belum memberikan pernyataan resmi terkait tuntutan mahasiswa, sementara parlemen tetap menjadi sorotan publik atas prioritas belanja negara.
Peristiwa ini menandai betapa rapuhnya hubungan antara elite politik dan generasi muda di negara yang masih berusaha memperkuat fondasi demokrasinya. Demonstrasi besar kali ini dapat menjadi momentum refleksi, baik bagi pemerintah maupun masyarakat, tentang arah pembangunan yang adil dan partisipatif di Timor Leste.