Pilihan-Rakyat.com, Jakarta — Dalam sebuah diskusi peluncuran buku “Mengenang Rizal Ramli, Catatan Para Sahabat” yang digelar di Paramadina Graduate Studies, Prof. Mahfud MD mengungkapkan bagaimana hubungan persahabatannya dengan almarhum Rizal Ramli dipenuhi oleh dinamika: saling kritik, perdebatan ide, tetapi tanpa permusuhan. Menurut Mahfud, “sahabat sejati” adalah mereka yang tetap bisa beradu pendapat secara terbuka, kemudian berdialog kembali secara hangat.
Mahfud menyentil dua isu publik yang belakangan ramai diperbincangkan, yakni proyek kereta api cepat (Whoosh) dan masalah Pertamina. Ia menyebut bahwa kontroversi tersebut sebenarnya sudah pernah disinggung sebelumnya, namun baru kemudian “meledak” menjadi sorotan luas di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Mengenai utang pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, Mahfud memaparkan jumlah totalnya dalam denominasi dolar AS dan renminbi, serta tingkat bunganya, sebagai ilustrasi besarnya beban keuangan proyek tersebut.
Lebih jauh, Mahfud menyoroti pemikiran Rizal Ramli tentang konsep “demokrasi kriminal”. Dia menyebut bahwa Rizal Ramli adalah salah satu tokoh pertama yang mengkritik praktik demokrasi Indonesia dengan narasi bahwa demokrasi bisa menjadi sarana legitimasi bagi tindakan kriminal misalnya ketika lembaga formal merumuskan regulasi yang justru memunculkan peluang korupsi.
Mahfud menegaskan pandangannya bahwa demokrasi tidak boleh hanya sekadar prosedur formal (demokrasi prosedural), tetapi harus memiliki substansi keadilan, kemakmuran rakyat, dan integritas yang terjaga. Dalam refleksi tentang diskusi masa lalunya dengan Rizal, Mahfud mengajak publik untuk terus mempertanyakan dan memperbaiki mekanisme demokrasi, agar tidak disalahgunakan oleh kepentingan elit.