b2

Menjelang KTT ASEAN, Indonesia dan Brasil Perkuat Poros Dagang Global Selatan

By Inayah Safitri Hanifah October 24, 2025
Senyum hangat dan tawa akrab mewarnai suasana Istana Merdeka, Jakarta, saat Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menerima kunjungan kenegaraan Presiden Republik Federasi Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Ibu Negara Janja Lula da Silva, pada Kamis, 23 Oktober 2025. Pertemuan tersebut bukan hanya mempertemukan dua pemimpin negara besar di kawasan global Selatan, tetapi juga menampilkan kedekatan personal yang mencerminkan persahabatan antara Indonesia dan Brasil. (Sumber Foto : BPMI Setpres)

Pilihan-Rakyat.com, Jakarta – Menjelang pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN, Indonesia dan Brasil menandai babak baru hubungan ekonomi bilateral mereka. Kedua negara, yang sama-sama merupakan kekuatan ekonomi besar di kawasan masing-masing, bersepakat untuk memperdalam kerja sama dagang di sektor energi, teknologi, pertanian, dan sumber daya alam. Pertemuan antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menjadi momentum penting untuk membangun aliansi ekonomi yang lebih strategis di tengah ketegangan global dan ketimpangan perdagangan dunia.

Langkah ini bukan hanya simbol diplomasi seremonial, melainkan sinyal bahwa Jakarta dan Brasília ingin memainkan peran lebih besar di kancah perdagangan global. Selama ini, hubungan dagang antara Indonesia dan Brasil masih dianggap belum mencerminkan potensi sebenarnya dari dua negara dengan populasi besar dan sumber daya melimpah. Volume perdagangan yang relatif kecil memperlihatkan masih adanya hambatan struktural baik dalam logistik, regulasi, maupun perbedaan standar produk yang perlu diselesaikan agar kerja sama ini dapat tumbuh signifikan.

Presiden Prabowo menegaskan bahwa kemitraan dengan Brasil menjadi bagian dari upaya Indonesia untuk memperluas jejaring ekonomi di luar mitra tradisional seperti Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat. Menurutnya, kerja sama lintas benua dengan negara-negara Amerika Latin merupakan strategi jangka panjang untuk menyeimbangkan ketergantungan ekonomi terhadap blok besar tertentu. Sementara itu, Brasil, yang kini semakin aktif membangun kemitraan di Asia, melihat Indonesia sebagai pintu masuk ke pasar Asia Tenggara yang dinamis dan memiliki basis industri yang terus berkembang.

Dalam pertemuan tersebut, kedua negara menaruh perhatian besar pada sektor pertanian dan energi terbarukan. Brasil dikenal sebagai raksasa agrikultur dunia, sementara Indonesia memiliki kebutuhan besar terhadap diversifikasi impor pangan dan bahan bakar bioenergi. Di sisi lain, Indonesia menawarkan pengalaman dalam pengelolaan energi berbasis mineral strategis seperti nikel dan bauksit dua bahan penting dalam industri baterai kendaraan listrik yang kini menjadi fokus global. Pertukaran teknologi dan akses pasar menjadi inti pembahasan kedua belah pihak.

Selain kerja sama ekonomi langsung, Indonesia dan Brasil juga membahas potensi perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan blok ekonomi Amerika Selatan Mercosur, yang dipimpin oleh Brasil. Langkah ini dinilai akan memperluas peluang ekspor bagi produk-produk unggulan Indonesia, sekaligus membuka akses pasar baru untuk komoditas pertanian dan energi dari Brasil. Bila terealisasi, ini akan menjadi salah satu bentuk integrasi ekonomi lintas kawasan yang jarang terjadi di antara negara-negara berkembang.

Namun, penguatan kerja sama ini tidak lepas dari tantangan geopolitik global. Baik Indonesia maupun Brasil sama-sama dihadapkan pada tekanan dari negara-negara besar dalam hal kebijakan energi, iklim, dan perdagangan. Keduanya sering berada di posisi serba sulit antara menjaga kepentingan domestik dan memenuhi tuntutan global terhadap keberlanjutan lingkungan. Karena itu, kerja sama ini juga mencerminkan upaya membangun solidaritas “Global Selatan”, di mana negara-negara berkembang saling mendukung dalam menghadapi dominasi ekonomi dari negara industri maju.

Dari sisi ekonomi politik, kemitraan ini dapat dibaca sebagai bentuk diversifikasi diplomasi ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan baru. Jika sebelumnya orientasi kebijakan luar negeri lebih terfokus pada Asia Timur dan Eropa, kini arah itu mulai melebar ke Amerika Latin dan Afrika. Pendekatan ini memperlihatkan bahwa Indonesia berusaha menjadi jembatan antara dua kawasan dengan potensi besar namun masih minim integrasi: Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

Kerja sama Indonesia–Brasil menjelang KTT ASEAN bukan sekadar langkah bilateral, tetapi sinyal bahwa arsitektur ekonomi dunia mulai bergeser. Negara-negara berkembang kini tidak lagi puas hanya menjadi pasar, tetapi ingin menjadi pemain utama yang menulis ulang peta perdagangan global. Dalam konteks itu, pertemuan dua presiden ini bukan akhir, melainkan awal dari babak baru: upaya membangun poros ekonomi Selatan–Selatan yang lebih mandiri, berdaulat, dan saling menguntungkan.

Berita Terkait