b2

Menunggu Harapan di Tengah Puing Taman Puring

By Wildan Alwi Hafiz October 8, 2025
Tenda sementara para pedagang Taman Puring pasca Kebakaran Juli lalu. (PilihanRakyat/Surman)

Pilihan-Rakyat.com, Jakarta – Dua bulan setelah kebakaran melumat habis deretan kios di kawasan Taman Puring, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (28/7), sisa-sisa puing masih berserakan. Besi-besi bengkok, kayu gosong, dan kain bekas pakaian yang hangus menjadi pemandangan sehari-hari bagi para pedagang yang kini hanya bisa menunggu kepastian.

Andre (43) duduk di dalam tenda biru—yang kini menjadi tempat berjualannya. Di depannya beberapa pakaian digantung seadanya. Ia masih mengingat jelas malam ketika api melahap seluruh lapak. “Kejadiannya pas maghrib, menjelang isya lah intinya. Teman-teman saya pada nggak sempat nyelametin barang-barang jualannya—barang dagangannya,” kenang Andre mengingat kejadian itu.

Dalam hitungan menit, kobaran api menjalar cepat, memaksa para pedagang berlarian tanpa sempat menyelamatkan barang dagangan mereka. Lebih dari 400 kios ludes terbakar bersama barang dagangan di dalamnya.

Para pedagang menunggu kabar dari pemerintah soal rencana revitalisasi. Sementara itu, sebagian memilih bertahan dengan membuka lapak sementara, berharap pelanggan lama masih ingat jalan ke Taman Puring.

“Teman-teman saya harus bertahan soalnya mata pencariannya disini,” jelasnya “…orang juga disangkanya udah nggak buka lagi.”

Pedagang yang sudah berjualan di Taman Puring sejak tahun 2013 itu berharap pembangunan segera dilakukan agar para pedagang bisa kembali beraktivitas seperti semula. Banyak rekannya pulang kampung karena kehilangan satu-satunya sumber mata pencahariannya.

“Dan banyak teman-teman yang pulang kampung gara-gara kebakaran. Kalau cepat dibangun mungkin temen-temen balik lagi dan beraktifitas kembali seperti semula,” ujarnya lirih.

Sementara itu, menurut Muhammad Zein—pengurus Taman Puring, sejak kebakaran akhir Juli lalu, belum ada upaya yang pasti dari pemerintah daerah kapan kawasan yang menjadi jantung ekonomi kecil itu akan dipugar kembali.

Selama masa tanggap darurat, warga masih menerima bantuan makanan dan minuman dari Kepala Suku Dinas Pertamanan serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Selatan. Namun, setelah status darurat dicabut, bantuan tersebut terhenti. “Kalau dari perbankan ada sedikit bantuan, tapi dari Pemprov belum ada sama sekali,” katanya.

Sejak berdiri pada 1980-an, kawasan ini telah menjadi ikon perdagangan kaki lima di Jakarta Selatan—dikenal dengan koleksi sepatu dan barang antiknya—menyerupai pasar loak yang ada di Surabaya.

“Taman Puring itu semuanya ada. Dari barang antik, sepatu, kain (pakaian), semuanya itu ada. Bahkan barang-barang antik yang mirip-mirip Jalan Surabaya lah,” terangnya

Kini, suasana itu tinggal kenangan. Di antara sisa bangunan yang terbakar, Zein dan para pedagang lain hanya bisa berharap pemerintah segera turun tangan. “Kami cuma pedagang kecil,” katanya pelan. “Nggak punya kemampuan apa-apa selain berharap sama Pemprov. Pasar ini satu-satunya tempat kami cari nafkah, buat anak dan istri.”

Berita Terkait