b2

Setelah Dideportasi dari Israel, Greta Thunberg dan Ratusan Aktivis Global Tiba di Yunani Seruan Kemanusiaan dan Kontroversi Armada Sumud Flotilla

By Inayah Safitri Hanifah October 8, 2025
Dideportasi Israel, Greta Thunberg dan Ratusan Aktivis Global Sumud Flotilla Tiba di Yunani (sumber foto : Liputan6.com)

Pilihan-Pilihan-Rakyat.com,  Athena, Yunani – Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, bersama ratusan aktivis internasional akhirnya tiba di Yunani pada Senin, 6 Oktober 2025, setelah dideportasi oleh otoritas Israel. Kedatangan mereka menjadi babak baru dalam polemik kemanusiaan dan politik global yang menyertai misi Global Sumud Flotilla (GSF)  armada kemanusiaan yang berlayar menuju Gaza untuk menyalurkan bantuan kepada warga sipil di wilayah yang diblokade.

Thunberg, yang dikenal sebagai simbol perlawanan muda terhadap krisis iklim, kini memperluas perjuangannya ke ranah kemanusiaan. Dalam pernyataannya di bandara Athena, ia menegaskan bahwa keikutsertaannya bukan sekadar bentuk solidaritas, tetapi juga sikap moral terhadap penderitaan warga Gaza. “Tidak ada yang manusiawi dari membiarkan ribuan anak hidup dalam kelaparan dan ketakutan setiap hari,” ujarnya, menggambarkan situasi di wilayah tersebut sebagai pengepungan yang tidak berperikemanusiaan.

Armada GSF berlayar sejak September 2025, membawa aktivis, politisi, dokter, jurnalis, dan relawan dari berbagai negara. Mereka mengirimkan bantuan berupa makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis melalui jalur laut  rute yang sering kali berisiko tinggi karena pengawasan ketat militer Israel di sekitar Gaza. Namun, sebelum mencapai tujuan, kapal-kapal mereka dicegat dan lebih dari 400 aktivis ditahan oleh otoritas Israel.

Pada awal Oktober, Israel memulai proses deportasi terhadap para aktivis tersebut. Sebagian besar diterbangkan ke Yunani dan Slovakia, sementara 137 orang lainnya, termasuk 36 warga Turki, diterbangkan ke Istanbul. Pemerintah Israel menyebut langkah itu sebagai tindakan “pencegahan terhadap infiltrasi pihak asing” yang dianggap memiliki kaitan dengan kelompok Hamas.

Menanggapi tuduhan tersebut, penyelenggara Global Sumud Flotilla menolak keras pernyataan Israel. Mereka menegaskan bahwa misi tersebut bersifat netral, terbuka, dan sepenuhnya kemanusiaan. Tidak ada agenda politik atau hubungan dengan organisasi mana pun. “Kami datang untuk membawa harapan, bukan ancaman,” ujar salah satu koordinator flotilla dalam konferensi pers di Athena.

Kedatangan para aktivis di Yunani pun disambut dengan dukungan dan apresiasi dari sejumlah organisasi kemanusiaan Eropa. Bagi banyak pihak, misi flotilla ini adalah simbol solidaritas global terhadap rakyat Palestina, sekaligus kritik terhadap kebijakan blokade Israel yang dianggap melanggar hukum internasional. Namun, bagi Israel dan sekutunya, aksi tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap keamanan wilayah dan potensi penyelundupan pihak-pihak yang tidak diinginkan.

Situasi ini menyoroti paradoks antara batas keamanan negara dan urgensi kemanusiaan. Di satu sisi, Israel mengklaim berhak mempertahankan kedaulatan dan keamanan nasionalnya. Di sisi lain, dunia internasional menuntut akses bantuan yang lebih terbuka ke Gaza, di mana krisis pangan, air bersih, dan kesehatan terus memburuk dari tahun ke tahun.

Kini, setelah dideportasi, Thunberg dan para aktivis GSF berencana melanjutkan advokasi mereka melalui jalur diplomasi dan kampanye publik. Mereka berkomitmen untuk terus menyoroti isu kemanusiaan di Gaza, bukan hanya sebagai konflik politik, tetapi sebagai seruan moral dunia. “Kemanusiaan tidak boleh dibatasi oleh garis perbatasan,” ujar Thunberg menutup pernyataannya — sebuah kalimat yang menggema di tengah hiruk pikuk bandara, namun terasa menohok ke seluruh penjuru dunia.

Berita Terkait