Pilihan-Rakyat.com, Denpasar — Universitas Udayana (Unud) Bali akhirnya mengambil langkah resmi dan cepat setelah meninggalnya seorang mahasiswa bernama Timothy Anugrah Saputra. Tragedi ini mengguncang publik, terutama karena dugaan bahwa kematian mahasiswa tersebut berkaitan dengan tekanan sosial dan kemungkinan adanya perundungan di lingkungan kampus.
Timothy, mahasiswa semester tujuh dari Program Studi Sosiologi, ditemukan meninggal dunia pada 15 Oktober 2025. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, teman, dan civitas akademika. Di media sosial, beredar sejumlah tangkapan layar percakapan grup mahasiswa yang memunculkan dugaan bahwa almarhum kerap menjadi bahan ejekan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah kampus telah memiliki sistem perlindungan yang cukup bagi mahasiswanya, terutama bagi mereka yang menghadapi tekanan psikologis?
Menanggapi gejolak publik dan seruan keadilan dari berbagai kalangan, pihak rektorat Universitas Udayana mengumumkan pembentukan Tim Investigasi Khusus. Tim ini terdiri dari unsur pimpinan kampus, fakultas terkait, tenaga psikolog, serta perwakilan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Langkah ini diambil untuk memastikan proses penyelidikan berlangsung transparan, adil, dan menyentuh akar permasalahan.
Rektor Universitas Udayana menegaskan bahwa investigasi tidak hanya berfokus pada kronologi kematian, tetapi juga akan mengulas lebih dalam dinamika sosial di lingkungan mahasiswa. Tim akan menelusuri apakah ada praktik perundungan yang selama ini tidak terlaporkan, bagaimana sistem pelaporan internal berjalan, serta sejauh mana kampus memberi ruang aman bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan psikologis.
Dalam pernyataannya, pihak kampus juga menegaskan komitmen untuk mendampingi keluarga almarhum secara langsung. Pendampingan hukum dan psikologis akan disediakan, sembari memastikan keluarga mendapatkan informasi yang jujur dan terbuka mengenai setiap perkembangan penyelidikan. Kampus menyatakan bahwa ini bukan sekadar kasus individu, melainkan refleksi atas pentingnya budaya empati dan kepedulian di lingkungan akademik.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, turut menyampaikan keprihatinannya. Dalam rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto, ia menekankan bahwa kasus ini menjadi alarm bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkuat sistem pencegahan kekerasan dan perundungan di kampus. “Kita tidak bisa menunggu kasus seperti ini terulang baru kemudian bertindak. Kampus harus menjadi ruang aman, bukan ruang yang membuat mahasiswa kehilangan harapan,” ujarnya tegas.
Kemendiktisaintek menyatakan akan memantau langsung kinerja tim investigasi yang dibentuk oleh Unud. Pemerintah juga membuka kemungkinan menerjunkan tim independen jika ditemukan kejanggalan atau konflik kepentingan dalam proses penyelidikan. Langkah ini dianggap penting untuk menjaga kepercayaan publik dan memberikan rasa keadilan bagi pihak keluarga.
Tragedi meninggalnya Timothy menimbulkan gelombang solidaritas di media sosial. Tagar #KeadilanUntukTimothy sempat menjadi trending di X (Twitter), menandakan kuatnya dorongan publik agar kampus tidak menutup mata terhadap praktik perundungan. Banyak mahasiswa dari berbagai universitas lain turut bersuara, menuntut agar kampus-kampus di Indonesia tidak hanya sibuk dengan akreditasi, tetapi juga memperhatikan kesehatan mental dan kesejahteraan mahasiswanya.
Universitas Udayana melalui pernyataan resminya menyampaikan duka cita yang mendalam dan janji untuk menjadikan peristiwa ini sebagai titik balik pembenahan sistem internal. Kampus berkomitmen untuk memperkuat layanan konseling, memperluas edukasi anti-bullying, serta menyiapkan mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia bagi mahasiswa yang merasa tertekan atau menjadi korban kekerasan nonfisik.
Pihak kampus juga mengimbau seluruh mahasiswa untuk saling menghormati dan menghindari perilaku yang dapat melukai secara psikologis. Budaya akademik, kata pihak rektorat, tidak hanya dibangun dengan kecerdasan intelektual, tetapi juga dengan rasa empati dan solidaritas sosial.
Kematian Timothy Anugrah Saputra kini menjadi refleksi nasional bahwa kesehatan mental di kalangan mahasiswa bukan isu pinggiran, melainkan tanggung jawab bersama. Kampus, dosen, pemerintah, dan sesama mahasiswa harus menjadikan tragedi ini sebagai pelajaran berharga untuk menciptakan lingkungan belajar yang manusiawi, aman, dan mendukung pertumbuhan setiap individu.